Friday, September 05, 2003

Pengantar Profil: Muda, Ulet dan Unggul Bersaing

Pengantar Profil: Muda, Ulet dan Unggul Bersaing
Jum'at, 5 September 2003 10:00 WIB - wartaekonomi.com

Adakah sejumlah kriteria yang kami tetapkan ketika memilih 25 pengusaha muda yang dinilai akan mampu bersaing di era global? Ukurannya, kuantitatif dan kualitatif.
Indikator kuantitatif ada beberapa. Pertama, mereka adalah pemilik usaha atau investor yang memiliki minimal 10% saham di perusahaannya. Kedua, usianya 35 tahun atau kurang pada 2003 ini. Ketiga, perusahaannya minimal sudah beroperasi selama dua tahun. Keempat, omzet minimal Rp3 miliar per tahun. Kelima, tingkat keuntungan usahanya minimal setara atau lebih besar dari rata-rata persentase yang diperoleh para pebisnis di bidang yang sama.

Secara kualitatif, pertama, melihat asal mula mereka memulai usaha. Apakah mereka mulanya memperoleh akses usaha, ada rencana, tujuan atau cita-citanya menjadi pengusaha, berani mengambil risiko, dan sebagainya. Kedua, melihat cara mereka mengelola usahanya. Di sini terlihat kemampuan manajerialnya, juga inovasi, lalu bagaimana meningkatkan pendapatan usaha, mengejar dan memperbesar laba, adakah etika dalam berbisnis, tingkat keterbukaan atau transparansinya, dan sebagainya. Ketiga, melihat cara mereka mempertahankan keunggulan usaha. Di sini terlihat basis usahanya, kemampuannya menciptakan nilai tambah, kompetensi inti, dan jenis produk yang dihasilkan. Keempat, melihat besarnya manfaat kehadiran mereka bagi lingkungannya, baik bagi masyarakat maupun negara. Misalnya, kemampuannya menyerap tenaga kerja, meraih devisa (ekspor maupun substitusi impor), dan sebagainya.

Berdasarkan pembobotan atas indikator tadi (dengan bobot lebih besar kepada indikator kualitatif), inilah 25 pengusaha muda di bawah 35 tahun yang diperkirakan mampu bersaing dalam era kesejagatan.

1. Johar Alam, 35 tahun, Chairman PT Internetindo Data Centra Indonesia
Mantan hacker ini memilih bisnis yang tak lazim: data center. Ini bisnis menyewakan rak-rak tempat server komputer, termasuk jasa pemeliharaan dan keamanannya. Ia memulai bisnisnya tahun 2000, dan kini memiliki 85 klien. Separonya adalah perusahaan penyedia jasa internet.

Biaya sewa rak Rp5 juta, sementara sewa ruang Rp2 juta per meter per bulan. Luas ruang yang dikelola Johar 300-an meter persegi. Dari bisnis ini, per bulan Johar mengantongi pendapatan Rp800 juta, yang separonya ia alokasikan untuk biaya operasional dan gaji karyawan. Jadi, per bulan Johar mengantongi Rp400--500 juta. Perusahaan Johar pernah hendak diakuisisi oleh perusahaan telekomunikasi dari Korea Selatan. Namun, Johar tak berminat melepaskannya.

2. Tonny J. Johan, 28 tahun, Presdir PT Plexis Erakarsa Pirantiniaga
Memilih jadi pengusaha ketimbang karyawan Citibank. Begitu lulus dari Institut Teknologi Nasional, putra pengusaha kelapa sawit ini mendirikan perusahaan pengembangan web dengan modal awal Rp300 juta. Kini bisnisnya meluas ke bidang lain, seperti jasa implementasi, customization, maintenance, dan training. Plasmedia, nama perusahaannya ini, bekerja sama dengan vendor-vendor besar untuk pengadaan perangkat keras dan sistem integrasi. Di Plasmedia, Tonny menguasai 35% saham dan pada 2002 perusahaannya membukukan omzet Rp6 miliar.

3. Alfred Boediman, 30 tahun, CEO Starbay Development Co. Ltd
Magister dari Universiteit Brussels, Belgia, ini sempat menjadi profesional di Oracle dan Siemens, Singapura. Di sana ia mengumpulkan modal, lalu keluar dan mendirikan usaha sendiri. Berbasis di Singapura, dalam tempo tiga tahun ia berhasil mendirikan lima perusahaan dengan bendera Starbay. Untuk mendirikan usaha, Alfred mengeluarkan dana US$1,3 juta, sebagian dari tabungannya plus tambahan dari dua temannya dan dari orang tua. Dari Starbay sebagai perusahaan inkubator, Alfred mendirikan PT Pratama Sukses Sejati (kepemilikan sahamnya 20%), I-Kom Communication (40%), serta memiliki saham di PR Sigma Solusi Integrasi (14%), PT mVcommerce Indonesia (2%), serta SNAP Media (40%). Starbay kini mencatat pendapatan Rp10 miliar per tahun.

4. Lasman Citra, 33 tahun, CEO Rajawali Tri Manunggal
Setelah gagal di bisnis peternakan ayam, ikan, dan penggilingan padi, Lasman memutuskan menjadi profesional. Ia bekerja di PT Metrodata Electronics. Setelah mendapat ilmu, pada 1999 ia tergiur untuk kembali berbisnis sendiri. Lasman lalu mendirikan PT Nusantara Data Solusi, sebuah perusahaan sistem integrator yang bermitra dengan Metrodata. Setahun berikutnya, perusahaannya itu melakukan merger dengan Rajawali Tri Manunggal (RTM). Lasman mendapat 30% saham di RTM dan bertindak selaku CEO.

Kini RTM memiliki tiga anak usaha, yakni RTM Global Integration, RTM Global Technologies, dan PT Cipas Indonesia. Tahun 2002, RTM membukukan pendapatan US$30 juta. Untuk 2003, perusahaan dengan 100 karyawan ini merambah ke bisnis penyedia jasa infrastruktur telekomunikasi dan jaringan.

5. Ian Rangkuti, 32 tahun, Presdir PT Natnit.net
Melalui PT Natnit.net yang didirikannya dengan modal Rp300 juta, Ian membangun bisnis perdagangan lewat internet yang disosialisasikan dengan tabloid Natnit.net. Perpaduan dua cara ini memberinya omzet Rp500--600 juta per bulan. Profit margin yang diraupnya lebih dari 0%.

6. Izak Jenie, 33 tahun, Direktur Jatis Solutions
Peraih penghargaan dari Ernst & Young Indonesia sebagai "Pengusaha Muda 2001" ini, bersama beberapa rekannya, berpatungan mengumpulkan uang Rp1 miliar untuk modal awal mendirikan Jatis Solutions. Lewat Jatis, Izak menggarap proyek internet banking BCA dan beberapa bank lain senilai Rp1 miliar. Pada tahun pertama, Jatis berhasil membukukan omzet Rp3 miliar. Mereka juga ekspansi ke Singapura, Taiwan, Malaysia, dan Filipina. Kini sebagian besar saham Jatis dimiliki perusahaan modal ventura 3i, dan Izak hanya menguasai 10%. Walau begitu, dia masih dipercaya mengelola Jatis.

7. Christovita Wiloto, 34 tahun, Presdir PT Wiloto Corporation
Perusahaan ini 100% sahamnya dimiliki Christovita. Dia menekuni bidang-bidang usaha: PowerPR untuk integrated communications & investment strategy services, PowerPR Institute untuk strategic communications institute, serta PowerLogo untuk brand & corporate identity. Omzetnya tahun lalu Rp6,2 miliar dengan profit 30%-an. Padahal, tiga tahun lalu, usaha ini ia dirikan hanya dengan modal Rp30 juta. Kini PowerPR hadir di Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Shanghai, dan sedang menjajaki pasar Afrika.

8. Iman Kurniadi, 34 tahun, Dirut Restoran Hot Planet
Resto miliknya ini akan hadir di beberapa kota besar, seperti Surabaya, Makassar, Medan, Bandung, dan Yogyakarta. Ekspansi ini dilakukan dengan cara waralaba. Di Jakarta, kini Iman memiliki tiga resto, yakni di Bintaro (dengan investasi Rp800 juta), Blok M (Rp1,8 miliar), dan di Sarinah (Rp5,6 miliar). Jika tahun lalu Iman mempekerjakan 70 karyawan, kini sudah 150 orang. Untuk 2002, Iman membukukan omzet Rp10 miliar, dengan profit margin 20%.

9. Andreas Thamrin, 26 tahun, Pemilik Games Market, Australia
Ketika kuliah di Australia empat tahun silam, Andreas menemukan peluang bisnis di bidang entertainment software, khususnya di pasar games. Usai menyusun business plan, dengan modal uang simpanan A$30.000, ia memulai bisnisnya di Australia. Ia juga mengandalkan penjualan via internet. Bisnis pria yang pada usia 16 tahun pernah bekerja di restoran McDonald's dan Pizza Hut ini mampu menggaet sekitar 150 anggota. Produk yang dijualnya adalah games untuk PC, Sony Playstation, Microsoft Xbox, Nintendo Game Cube, dan Apple Macintosh. Omzetnya terus meningkat, dari sekitar A$270.000 pada 2000-2001, A$600.000 (2001-2002), dan mencapai A$820.000 pada 2002-2003. Tahun ini ia menargetkan omzet A$1 juta, atau sekitar Rp5 miliar.

10. Erwien Nurwihatman, 33 tahun, Managing Director PT Capella Sumber Internet
Sejak tahun 2002 ia menjadi partner strategis Cisco Systems untuk menggarap pasar sistem jaringan. Selain itu, ia juga menggarap bisnis konsultasi dan layanan TI, mulai dari layanan internet hingga implementasi. Kini komposisi pendapatannya: 50% dari perangkat keras, 30% dari services, dan 20% dari lain-lain. Omzetnya pernah Rp5 miliar, tetapi pernah juga turun hingga Rp1 miliar. Sementara itu, profit margin untuk perangkat keras 15% dan services 40%. Erwien mengaku memiliki saham kurang dari 20% di perusahaan ini.

11. Fahira Fahmi Idris, 34 tahun, Dirut PT Nabila Parcel Bunga International
Fahira memulai bisnis parsel pada 1988, bersama sepuluh temannya yang masing-masing menyetor Rp500.000. Bisnis bersama ini kemudian dilanjutkan Fahira pada 1991, dan bahkan merambah ke florist juga. Semula Fahira mempekerjakan 10 karyawan, kini menjadi 300 orang--60 di antaranya karyawan tetap. Omzet Fahira per tahun ditaksir Rp5--7 miliar, dengan profit margin 5%--10%.

12. Joseph Edi Lumban Gaol, 33 tahun, CEO PT Antar Mitra Perkasa
Ia lulusan teknik informatika ITB. Perusahaannya, PT Antar Mitra Perkasa, fokus ke jasa TI, khususnya komunikasi data bergerak (mobile data). Misalnya, memberikan jasa nilai tambah bagi produk-produk telekomunikasi bergerak, seperti SMS. Ia pula yang menggarap layanan mobile banking BCA dan Excelcomindo Pratama. Tahun ini Joseph menargetkan pendapatan Rp6 miliar, meningkat sedikit dibanding tahun lalu, dengan net profit 30%.

13. Kanaya Tabitha, 31 tahun, Pemilik Rumah Mode Kanaya
Rumah mode Kanaya ia rintis sejak 1998. Produk fashion-nya langsung melejit dengan merek namanya sendiri. Selain mengandalkan pendapatan dari hasil rancangan, ia juga melayani pembuatan seragam berbagai instansi, termasuk militer. Selain itu, Kanaya juga melayani peminjaman gaun untuk fashion exhibition. Perancang yang pernah mengikuti Hong Kong Fashion Week ini mengaku, omzetnya di atas Rp4 miliar setahun dengan profit margin di atas 15%.

14. Iin Mintosih, 33 tahun, Direktur Utama Satu Kupu
Lulusan jurusan arsitektur Universitas Atma Jaya, Yogyakarta ini mendirikan PT Satu Kupu pada Maret 1999 dengan modal Rp2 juta, plus dua karyawan untuk membuat bantal, seprei, dan bed cover yang eksklusif. Kini omzet perusahaannya mencapai Rp3 miliar per tahun. Selain melayani pasar ritel lokal, produk Satu Kupu juga masuk ke mancanegara. Bisnisnya pun kian berkembang ke batik dan garmen. Bisnis ini amat menguntungkan karena profit margin-nya bisa mencapai 50%. Iin memiliki 100% saham di perusahaan ini.

15. Ridwan Prasetyarto, 32 tahun, CEO PT eBdesk Indonesia
Ridwan mendirikan eBdesk pada 1999, bersama tiga rekannya, dan baru memulai kegiatan komersialnya pada 2001. Mereka kini memiliki 70 customer, terbesar masih di Indonesia, sebagian AS, Arab Saudi, dan Malaysia. Di Indonesia, klien eBdesk, di antaranya, PT Astra International, Telkom, PT Rekayasa Industri, Satelindo, PT Rajawali Nusantara Indonesia, dan Pertamina. Di AS, kliennya adalah Interim Healthcare, provider outsourcing jasa kesehatan. Soal kinerja, lulusan ITB ini menyebut, tahun lalu mereka membukukan pendapatan Rp4,5 miliar, dengan tingkat keuntungan bersih 30%.

16. Rudi Mulyono, 31 tahun, Rally Auto Center
Ia memiliki bengkel seluas 3.000 meter persegi, terluas di Jawa Timur. Layanannya, ada body repair, AC mobil, salon mobil, cuci mobil, spooring and balancing, audio mobil, jok, modifikasi, dan sebagainya. Lengkap. Bisnisnya yang ia mulai dengan modal awal Rp550 juta, kini beromzet Rp12 miliar. Profit margin-nya 17,5%. Dengan persaingan bisnis bengkel yang kian ketat, Rudi akan terus fokus pada konsep one-stop service dan mempekerjakan orang-orang yang berpengalaman.

17. Eko Hendro Purnomo, 33 tahun, KASAD (Komandan Setingkat Direktur) PT Etitiktiga Komando
Eko Hendro Purnomo, kondang dipanggil Eko Patrio. Di saat krisis 1998, dari otaknya bisnis bermunculan. Diawali dengan membuka kafe tenda, Eko sukses mendirikan holding company, PT Etitiktiga Komando. Kini bisnis Eko tumbuh subur, mulai dari production house (PH), salon, kafe tenda, hingga percetakan. "Saya puas jadi pelawak, tapi boleh melakukan diversifikasi," kata Eko, jenaka. Di bisnis PH, Eko mendirikan Komando Productions yang beromzet Rp6 miliar per tahun. Eko untung besar karena margin bisnis PH 30%--40%. Untuk salon, Eko punya Labuzet Salon, yang bakal membuka cabang di Atrium Senen. Dengan modal Rp200 juta, kini omzet salonnya Rp60 juta per bulan. Eko juga mendirikan PT Catur Mitra Promosindo yang bergerak di bidang printing, advertising, dan publishing dengan omzet Rp250 juta per bulan.

18. Estelita Hidayat, 31 tahun, Strategic Planning Director PT Voxa Integra
Bersama sang kakak, Marisa Hidayat, dan dua sahabatnya, pada 1995 ia mendirikan Voxa Advertising di bawah bendera PT Voxa Integra. Dua tahun berjalan, perusahaan yang didirikan dengan modal Rp200 juta ini berantakan terkena krisis moneter.

Ia lalu mendirikan Innovoxa, sebuah divisi media inovatif yang kemudian berdiri sendiri dengan nama PT Voxainfini Kreasi. Keberadaan divisi inovasi ternyata berpengaruh baik buat bisnis advertising Estelita. Kini, dengan 50 karyawan di Voxa Integra dan 40 di Voxainfini Kreasi, Estelita berhasil mencatat omzet masing-masing di atas Rp11 miliar dan Rp10 miliar per tahun. Adapun profit margin-nya ditaksir melampaui 15%.

19. Adrianto Gani, 35 tahun, CEO PT Puspa Intimedia Internusa
Sekembalinya dari studi di AS pada 1996, ia bersua dengan mitra bisnisnya. Mereka lalu mendirikan PT Puspa Intimedia Internusa dengan modal ratusan juta rupiah. Di perusahaan ini, Adrianto memegang 25% saham. Perusahaan ini menyediakan jasa konsultansi serta pelatihan dan implementasi TI untuk berbagai perusahaan. Kini perusahaan ini mampu mencatat omzet Rp4 miliar per tahun. Adrianto juga terpilih sebagai satu-satunya regional director Microsoft Developer Network di Indonesia.

20. Saleh Abdul Malik, 32 tahun, Presdir PT Altelindo Karya Mandiri
Meski sempat jatuh bangun, ia bersikukuh bahwa wirausaha adalah pilihan yang tepat baginya. Dengan modal Rp2 juta, Saleh mendirikan perusahaan yang menggarap pembangunan infrastruktur kabel di gedung-gedung. Dari sini, ia mengembangkan bisnisnya ke perjalanan ibadah haji dan umrah, perdagangan hasil alam, dan mendirikan PT E-Bizz Mitra Mandiri khusus untuk bisnis TI. Semua bisnisnya memberikan omzet Rp100-an miliar per tahun, dengan tingkat keuntungan 10%--15%. Akhir tahun ini Saleh akan melebarkan sayap bisnisnya ke Singapura. Ia juga akan masuk ke pasar daerah dan Australia. Sementara itu, bisnisnya yang di Timur Tengah tetap berjalan.

21. Tonton Taufik Rahman, 30 tahun, Pemilik CV Putra Mas Corporation
Tonton menggarap bisnis rotan. Untuk menembus pasar dunia, ia rajin mengiklankan bisnisnya lewat sebuah website di internet. Responsnya menggembirakan. Banyak pembeli dari mancanegara menghubunginya. Alhasil, bisnis Tonton maju pesat. Perusahaan yang ia dirikan pada 1999 dengan modal awal Rp1 juta, pada 2002 mencatat omzet US$320.000. Untuk tahun ini, ia menargetkan omzet US$500.000. Profit margin bisnisnya 15%.

Tahun 2001 Tonton mendirikan PT Exportindo Internusa, sebuah perusahaan jasa perdagangan lewat internet. Ada 8.000-an perusahaan yang menjadi member website www.eksport-import-indonesia.com. Awal 2002, ia mendirikan PT Budi Surya untuk bisnis transportasi minyak, dengan omzet Rp7 miliar per tahun dan tingkat keuntungan 7%.

22. Dendy Sjahada, 30 tahun, Direktur PT Duta Pelangi
Master of engineering lulusan Stamford University ini awalnya seorang profesional. Dia sempat bekerja di Merrill Lynch Hong Kong dan AS, serta di Club City, sebuah perusahaan TI di AS. Lepas dari karier profesional, ia mendirikan perusahaan inkubator bisnis di Singapura, bersama tiga rekannya, dan satu perusahaan konsultasi TI. Terakhir, bersama empat temannya, ia mendirikan Crystal Bar (PT Duta Pelangi) dengan modal awal Rp2 miliar. Mengandalkan perpaduan cita rasa lokal dan Amerika, Dendy kini memiliki lima cabang di Jakarta dan Palembang. Omzetnya di atas Rp3,5 miliar per tahun dan keuntungan bersih 15%-an. Lewat sistem waralaba, Crystal Bar berancang-ancang go-regional.

23. Hendy Widjaja, 33 tahun, Managing Consultant PT Insight Consultant
Pegawai PricewaterhouseCoopers (PwC) ini memutuskan berhenti sebagai profesional pada tahun 2000. Bersama seorang seniornya di PwC, pada Oktober 2002, ia mendirikan perusahaan konsultan manajemen, TI, dan perdagangan produk TI. Di perusahaan ini, Hendy memiliki 15% saham. Keputusan penyandang gelar Master of Science dari Louisiana State University, AS, ini terbukti jitu. Hingga kini, perusahaannya mampu membukukan pendapatan kotor US$1 juta, dengan profit margin 30% per tahun. Sebagian besar pendapatan diperoleh dari jasa perdagangan. Tahun ini, mereka berencana melakukan ekspansi ke negara-negara di Asia Pasifik.

24. Fathya Fereuzia Harmidy, 29 tahun, Direktur Operasional PT Visi Trilogy dan Direktur Keuangan PT Abirama Kresna
Lewat PT Visi Trilogy, master of engineering dari Georgia Institute of Technology ini membidik bisnis jasa pelatihan, lokakarya, seminar, dan sebagainya, dengan titik berat pada pengembangan bakat dan kreativitas terpendam. Perusahaan ini ia dirikan bersama dua rekannya pada tahun 2000. Kini Visi Trilogy mencetak omzet miliaran rupiah.

Selain itu, bersama ayah dan saudaranya, Fathya mendirikan PT Abirama Kresna, sebuah pabrik kayu lapis di Jawa Tengah. Di sana, mereka terlibat langsung di dalam operasional sehari-hari. Keuntungan bersih dari bisnis yang beromzet miliaran rupiah ini mencapai 15%.
25. Djoni Gunadi, 31 tahun,CEO PT Felice JewelleryMenjadi karyawan ternyata membosankan bagi Djoni. Sarjana teknik ini memutuskan keluar dari perusahaan patungan di bidang pertambangan, dan mulai belajar manajemen dan pemasaran secara otodidak. Pada 1999, bersama dua rekannya, ia berpatungan mendirikan Felice Jewellery. Modal awalnya, Rp1,5 miliar, langsung ludes untuk gerai pertama di Mal Pondok Indah. Namun, penjualannya pun menembus Rp1 miliar. Mereka lalu menambah gerai di Plaza Senayan dan Plaza Kelapa Gading. Kini omzet Felice rata-rata Rp10 miliar per bulan, dengan profit margin 15%--20%. Selain menjadi CEO, Djoni juga memiliki 10% saham di Felice.

FADJAR ADRIANTO

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home