Tuesday, February 16, 1999

BPPN Segera Lelang Aset Bank

BPPN Segera Lelang Aset Bank
KOMPAS - Selasa, 16 Feb 1999 Halaman: 1 Penulis: TAT/MON Ukuran: 5494
BPPN SEGERA LELANG ASET BANK

Jakarta, Kompas
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) segera melelang
aset bank yang ada di bawah pengawasan BPPN. Itu untuk memenuhi
keinginan Dana Moneter Internasional (IMF) dan mengikuti contoh
beberapa negara tetangga, khususnya Thailand. Sehubungan itu, BPPN
harus menghindari agar unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
tak terulang dalam pelelangan itu.

Demikian diungkapkan Direktur Speed Currency, Theo F Toemion
kepada Kompas, di Jakarta, Senin (15/2).

Corporate Secretary BPPN, Christovita Wiloto mengakui, untuk
persiapan lelang tahap pertama itu akan dilakukan sejumlah roadshow
di Jakarta, Singapura, dan Hongkong sekitar April mendatang. "Namun
asas transparansi dan asas keadilan akan dijaga. Misalnya, jika
dimungkinkan oleh peraturan yang ada, bagian aset yang akan dijual
serta siapa investornya akan diumumkan untuk kepentingan publik,"
katanya.

Namun Christovita menekankan, pihak BPPN sedang menjajaki juga
aspek hukum, baik yang berlaku di Indonesia maupun internasional
dalam masalah pelelangan aset bank tersebut.

Aset bank yang akan dilelang itu antara lain milik bank beku
operasi (BBO) seperti Bank Kredit Asia, Bank Centris Internasional,
Bank Deka, Bank Subentra, Bank Pelita, Bank Hokindo, Bank Umum
Nasional, Bank Modern, Bank Dagang Nasional Indonesia, Bank Surya.
Juga termasuk aset bank take over (BTO)-yang dimiliki secara de facto
oleh pemerintah lewat BPPN-yakni Bank Danamon, BCA, Bank Tiara dan
PDFCI.

Toemion menambahkan, menurut perkiraan sementara nilai hasil
pelelangan tersebut tidak akan melebihi 10 persen dari nilai nominal
atau face value ataupun lazim disebut sebagai nilai buku aset aslinya.
Di bawah BPPN, katanya, Asset Management Unit (AMU) bertugas
melakukan pembenahan terhadap aset-aset melalui dua divisi. Divisi itu
adalah Divisi Investasi yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan
penjualan aset bank. Sementara Divisi Kredit bertanggung jawab atas
penyelesaian kredit bermasalah pada sektor perbankan dengan melakukan
injeksi modal serta mengambil alih aset yang bermasalah.

Sejauh ini jumlah aset yang akan dijual oleh AMU, katanya, baru
sekitar 27 persen atau 3,05 milyar dollar AS dari total 11,2 milyar
dollar AS atau Rp 96,3 trilyun. Itu merupakan total aset yang diambil
alih sampai tahun 1999 ini. Road show yang akan dilakukan oleh AMU
bermula dari Jakarta, kemudian ke Singapura, Hongkong, Eropa dan
Amerika.

Dipertanyakan
Namun yang menjadi pertanyaan sekarang, lanjut Toemion, seberapa
besar recovery rate yang dapat dihasilkan kalau dipaksakan penjualan
secara obral saat ini. Sebagai perbandingan atas apa yang sudah
dilelang di Thailand pada bulan Desember tahun lalu, recovery rate-nya
mencapai 37 persen. Hanya sembilan dari tranche atau tahap yang berhasil
dilelang, atau setara dengan 8,6 persen dari nilai keseluruhan yaitu
371 milyar baht.

Baru setelah salah satu investor dari AS masuk dan membeli aset
senilai 110 milyar baht seharga 22 persen dari nilai nominal, maka
lelang tersebut berhasil menjual 41 persen dari nilai total hingga
15 Desember tahun lalu. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari lobi
Pemerintah Thailand kepada pemerintah negara adikuasa tersebut.
Menurut sumber di AMU, mereka memperkirakan recovery rate di atas
10 persen, yang menurut pengamat masih terlalu optimis, sekalipun
jumlah aset yang ditawarkan hanya seperempat dari lelang serupa di
Thailand.

Bahkan banyak pihak masih meragukan hasil lelang tersebut
mengingat kondisi Indonesia sekarang ini masih sangat rawan dan tidak
stabil. "Salah satu yang dapat menjelma dan menjadi potential problem
yang bakal mencuat ke permukaan selama berlangsung lelang tersebut
adalah masalah transparansi," kata Toemion.

"Bukan tidak mungkin atau bahkan bukan merupakan hal yang aneh
apabila muncul nama-nama investor asing yang kedengaran aneh, berupa
investor yang berdomisili di negara seperti Cayman Island atau
sejenisnya dengan kualifikasi investornya hanya berupa nominee-tanpa
keberadaan reputasi dan kepemilikan yang jelas," tegas Toemion.

Hanya AMU yang mengerti dan harus memilah-milah kualitas aset
tersebut, apakah memiliki kategori platinum, gold, silver ataupun
bronze saja. Jika jurus KKN masih bisa dipakai lagi, ujar Toemion,
maka untuk kesekian kali pemerintah akan kebobolan lagi, yaitu dengan
mengambil alih aset tersebut senilai 100 persen, lalu kemudian bekas
majikan atau pemilik sebelumnya melalui jalur "belakang" melakukan
pembelian kembali dengan nilai lebih kecil dari 10 persen dari face
value.

"Kenapa ini menjadi penting, karena hal tersebut erat kaitannya
dengan rupiah. Implikasi lelang yang sukses jelas akan berdampak
positif kepada rupiah, karena berkaitan dengan masuknya aliran modal
asing ke dalam sistem moneter domestik."

Atau juga suksesnya lelang dapat merupakan suatu sumber dana
alternatif sehingga Indonesia tidak terlalu harus tergantung kepada
satu sumber melulu yaitu IMF dan kroni-kroninya. "Kalau lelang sukses,
maka nilai bank di Indonesia makin berarti dan sangat membantu
rekapitalisasi perbankan yang merupakan hal mutlak agar roda ekonomi
dapat berputar kembali menyusul suku bunga yang sudah jauh menurun dan
kurs yang nampaknya makin stabil dalam beberapa bulan terakhir,"
lanjut Toemion. (tat/mon)