Syarat PR Tidak Hanya Mampu Berkomunikasi
KOMPAS Jogja - Sabtu, 29 Jan 2005 Halaman: 3 Penulis: J04 Ukuran: 2598
SYARAT PR TIDAK HANYA MAMPU BERKOMUNIKASI
Yogyakarta, Kompas
Profesi sebagai pelaku public relations tidak cukup hanya
memiliki kemampuan berkomunikasi saja. Di tengah modernitas dan
perubahan zaman seperti sekarang, mereka sebaiknya juga memiliki
karisma dalam bersikap.
"Karisma atau citra diperlukan untuk membangun rasa kedekatan
terhadap publik, khususnya dengan mitra kerja. Hal itu juga terkait
dengan dasar ilmu ekonomi, yaitu bagaimana mengetahui dan merespons
keinginan pasar atau konsumen," kata Christovita Wiloto, CEO Wiloto
Corp, dalam kuliah umum di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jumat
(28/1). Kuliah umum itu diprakarsai Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi UAJY dan dihadiri puluhan mahasiswa.
Dalam menghadapi perubahan paradigma berkomunikasi saat ini,
menurut Christovita, seorang pelaku public relations (PR) juga harus
mengikuti perkembangan dan isu-isu terkini terutama berkaitan dengan
kondisi kenegaraan. "PR tidak hanya berfungsi sebagai mediator yang
banyak berperan di belakang meja saja, tapi sebaiknya mulai terjun
ke lapangan," katanya tegas.
"Zaman sudah banyak berubah. Fungsi PR sekarang sudah meluas
menjadi the guardian of public trust. Mereka harus dekat dengan
publik dan dipercaya publik. Selain itu, PR harus juga terbiasa
dengan kemajuan teknologi komunikasi yang terus berkembang pesat,"
ucap Christovita.
Christovita juga mencontohkan almarhum Presiden RI pertama
Soekarno, sebagai sosok PR yang berhasil. Semasa hidupnya, sebelum
dan semasa menjadi presiden, Soekarno selalu tampil memukau terutama
dalam menyampaikan pidato-pidatonya.
"Dia berhasil menjadi komunikator yang baik. Buktinya, semua
pesan pidato yang disampaikan Soekarno selalu dipahami dan
ditanggapi oleh rakyat. Soekarno juga berhasil membakar semangat
rakyat, khususnya anak muda waktu itu," paparnya.
Christovita mengatakan pentingnya menyampaikan suatu hal atau
informasi secara obyektif kepada publik, ketika institusi di tempat
ia bekerja sedang berada dalam masalah. Dalam kondisi seperti itu,
katanya, PR jelas harus memiliki dan menguasai teknik komunikasi
saat krisis. "Ini yang biasanya sulit dilakukan. Dia dihadapkan pada
dua pilihan," kata Christovita.
Menanggapi masalah ini, Agustina Hapsari, staf PR Hotel Saphir
Yogyakarta, mengatakan, seorang PR juga harus memiliki nilai
kejujuran dalam bersikap sehari-harinya. Kejujuran itu merupakan
salah satu nilai penting karena PR jelas akan berinteraksi dengan
banyak orang setiap harinya. (J04)