Wednesday, August 24, 2005

”Charity Concert to Be Living Stones”


”Charity Concert to Be Living Stones”
Menjaring Sahabat STT JakartaMelalui Konser Amal
Sinar Harapan, Kamis, 25 Agustus 2005

JAKARTA –Melalui pujian menjadi batu hidup (to be Living Stones) menjadi tema yang diusung dalam ”Charity Concert” atau konser amal yang digelar Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta pada Sabtu (30/4) malam lalu di Balai Sarbini, Plaza Semanggi, Jakarta. Kehadiran Paduan Suara (PS) Petra dan Petra Chorale dari Universitas Kristen Petra Surabaya, Jawa Timur, Kelompok Musik Kreaktif (KMK) STT Jakarta, guest singer Christopher Abimanyu serta Eka Deli dengan alunan lagu rohani, kian meneguhkan tema to be Living Stones yang sebenarnya merupakan tema Dies Natalis ke-70 STT Jakarta pada September 2004 lalu.

Rasul Petrus memakai to be Living Stones sebagai nasihat yang masih relevan untuk dunia sekarang ini. Kalimat Rasul Petrus itu lengkapnya: ”Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.” (I Petrus 2:5).Menjadi batu hidup, itulah semacam kesaksian yang disampaikan anggota dewan penyantun STT Jakarta yang juga alumnus STT Jakarta, yakni Pdt Kumala Setiabrata, M. Th dan Hilda Ningsih T. Pelawi, S. Th sebagai pembuka konser amal.

Konser dirancang dalam tempo singkat dan didukung oleh Christovita Wiloto dari PowerPro. Dalam konser yang dipenuhi sedikitnya 1.000 undangan itu sosok ”bhineka tunggal ika” negeri ini menjadi warna tersendiri. Nafas nusantara menjadi kental ketika lagu daerah seperti Diru-diru dan Wos Injer Ine (lagu dari Biak, Papua), Soleram (lagu Melayu), Ondel-ondel (dari Betawi), Monggo-monggo Sami Nderek Gusti dari Jawa, serta Tjak Janger dari Bali dengan apik ditampilkan Kelompok Musik Kreatif (KMK) STT Jakarta dan Petra Chorale.Konstum masing-masing etnis tampil di tengah dendang lagu sejumlah daerah di panggung yang berukuran hampir 30 meter tersebut. Saat lagu Ondel-ondel dibawakan KMK STT Jakarta, pengunjung langsung menyambut dengan tepuk tangan. KMK STT Jakarta bahkan tampil dengan pakaian tradisional Betawi.”Nyok kite nonton ondel-ondel, nyok! Nyok kite garak ondel-ondel, nyok! Ondel-ondel ade anaknye, woooy! Anaknya ngigel terkiteran, woooy!” Tepuk tangan pun kembali pecah ketika akhir bait lagu Ondel-ondel menyembul ke luar: ”Anak ondel-ondel jejingkrakan, kraak! Kepalanye nyale berkobaran Nyang ngarak pade kebingungan. Hihihihi! Disiramin aer comberan.” Penonton dibuat seakan tidak percaya lagu asal Betawi itu ternyata asyik didengar apalagi dipadukan dengan gerak dan tari yang diperlihatkan KMK STT Jakarta.

”Ini baru hiburan! Ternyata lagu Betawi bisa menjadi menarik ketika dilakoni oleh para mahasiswa STT Jakarta,” komentar seorang penonton. Di tangan KMK STT Jakarta yang dibentuk Juli 1996 ini, segala macam lagu menjadi lebih hidup apalagi dengan permainan musik sederhana seperti menggunakan bambu, tifa, serta benda-benda bekas pakai seperti botol, plastik, batok kelapa, dan batu. Kelompok Musik Kreaktif STT Jakarta ini beranggotakan para mahasiswa STT Jakarta. Menurut dirigen KMK STT Jakarta, Christina Mandang, kehadiran kelompok musiknya ini memang untuk menjadi kesaksian hidup sebagai bagian dari pelayanan kepada warga kristiani. ”Talenta terus dikembangkan untuk melayani jemaat di berbagai gereja di Jakarta dan daerah lainnya,” tutur Christina Mandang.

Decak kagum pengunjung tidak sampai terhenti di situ. Karya klasik pun hadir di pertengahan konser amal tersebut. Tepuk tangan tiada henti pun bersambut di tengah Balai Sarbini yang memang telah menjadi ajang tempat pelbagai konser utama digelar di Jakarta. Sejumlah karya klasik dialunkan oleh Paduan Suara Perta dan Petra Chorale di antaranya Cantate Domino, Jesu, meine Freude karya JB Bach, Ave Verum karya William Byrd serta Hallelujah from ”Mount of Olives” karya L van Beethoven.Kepiawan Paduan Suara Petra memang tidak diragukan lagi apalagi dibawah pimpinan Aries Sudibyo.

Paduan Suara Petra dan Petra Chorale hadir dengan ekspresi yang tepat, dinamika yang kaya, dipadukan dengan suara yang kompak.Penampilan paduan suara ini benar-benar telah menjadi ”batu yang hidup” bagi para undangan yang hadir memenuhi bangku-bangku di sana.Paduan Suara Petra dan Petra Chorale memang secara teratur melayani ibadah-ibadah pada gereja-geraja lokal termasuk juga mengadakan pelayanan keliling dan konser keliling di Singapura, Malaysia, Jakarta, Surabaya, Makassar, Tana Toraja, serta Yogyakarta. Selain menyelenggarakan konser-konser di kota-kota tersebut, Paduan Suara Petra ternyata telah unjuk gigi di sejumlah festival internasional. Terakhir, paduan suara ini tampil pada Festival Musik Mahasiswa Kristen Asia di Hong Kong tahun 2004 lalu.

Bintang tamu Christopher Abimanyu dan Eka Deli juga ikut nimbrung mewarnai konser amal tersebut. Lagu kondang seperti Ave Maria buah karya Franz Schubert atau You Raise Me Up karya Rolf Lovland dan Brendam Graham yang biasa dinyanyikan Josh Groban nyaris sempurna ketika dilantungkan Christopher Abimanyu. Menambah hiburan tersebut, penyanyi rohani Eka Deli menutupnya dengan alunan Kau Berharga dan medley Hormat Bagi Allah Bapa, Muliakanlah, Joyful Joyful Lord We Adore Thee. Sekilas memang konser amal yang digelar STT Jakarta ini sederhana. Namun seperti ditegaskan Ketua Panitia Pdt Ferdy Suleeman, konser amal ini diharapkan banyak melahirkan sahabat STT Jakarta yang rindu untuk menjawab kebutuhan pelayanan gereja-gereja di Indonesia. Para pengunjung diharapkan dapat menjadi sahabat perjalanan STT Jakarta, sekolah bagi para calon pendeta yang didirikan tahun 1934, dan tercatat sebagai yang tertua di Indonesia.”Kesediaan itu akan memberi makna kebersamaan yang kuat dalam mencapai tujuan. Mari, jadilah sahabat STT Jakarta,” ajak Pdt Ferdy Suleeman. Namun, lebih dari itu sebenarnya bagaimana kita menjadi to be Living Stones, menjadi batu hidup, demi kemuliaan Bapa di Sorga. (SH/norman meoko)