Thursday, April 29, 1999

BPPN Hadapi Banyak Tekanan

BPPN Hadapi Banyak Tekanan
KOMPAS - Kamis, 29 Apr 1999 Halaman: 2 Penulis: CC Ukuran: 4241
BPPN HADAPI BANYAK TEKANAN

Jakarta, Kompas
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) kini menghadapi
tekanan dalam merestrukturisasi perbankan serta kredit macet yang
dialihkan ke Asset Management Unit (di bawah BPPN). Pemilik bank dan
kredit macet yang dialihkan ke BPPN atau AMU itu, telah mengidap
ketakutan besar tidak bisa menangani sendiri kredit-kredit macet itu.
Demikian sumber Kompas di Departemen Keuangan, Rabu (28/4).
Namun ketika hal itu ditanyakan ke Corporate Secretary BPPN,
Christovita Wiloto, dia tidak mau memberikan komentar soal tekanan
dari berbagai pihak itu.

Namun demikian, sumber tersebut menambahkan, BPPN kini ingin
sekali membeberkan data-data soal kredit macet, siapa saja pemiliknya
dan di sektor mana kredit itu macet. "Namun hal itu mendapatkan
tantangan dari sejumlah menteri," katanya. Dia menambahkan, keinginan
BPPN untuk melakukan transparansi itu sekaligus menjawab dan memenuhi
tuntutan masyarakat akan pentingnya transparansi di BPPN dijalankan.
"Akan tetapi, bagaimana BPPN bersikap transparan jika
sejumlah menteri yang membidangi menyatakan keberatan akan pembeberan
data-data pemilik bank, data-data kredit macet dan lainnya," katanya.

Janggal
Di tempat terpisah, Faisal Basri, mengatakan tetap ada hal
janggal pada manajemen Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
sekalipun benar lembaga tersebut tidak menyogok anggota Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Kejanggalan tersebut adalah adanya
karyawan BPPN yang bergaji sekitar Rp 35 juta per bulan, jauh melebihi
gaji karyawan Departemen Keuangan bahkan gaji seorang menteri.

Sekjen DPP Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengatakan:
"Kalau memang benar itu adalah gaji, sekali lagi kalau memang benar,
jumlahnya besar sekali? Sekadar sarjana S1 memperoleh Rp 175 juta
untuk lima bulan, atau Rp 35 juta per bulan? Pasti ada something
wrong, pegawai negara kok gajinya 30 kali lipat menteri. Ini
membuktikan BPPN Harus di-overhaul (diperiksa dengan amat
teliti-Red)," tandas Faisal.

Selasa lalu, BPPN membantah tuduhan sogok sebesar Rp 1 milyar
kepada anggota BPKP sebagaimana yang dilontarkan Faisal Basri sehari
sebelumnya. Menurut Corporate Secretary BPPN, Christovita Wiloto, dana
tersebut merupakan kumulatif gaji yang diterima anggota BPKP ketika
menjadi karyawan BPPN antara Maret-Agustus 1998.

Hal lain yang ditegaskan Faisal adalah ketidakpercayaannya
bahwa dana tersebut adalah benar gaji, bukan sogokan. "Kalau benar
uang itu adalah gaji karyawan, kok di dalam notanya disebut sebagai
pembayaran kepada pihak ketiga? Apakah karyawan adalah pihak ketiga?"
ujarnya.

Ahli hukum perbankan Pradjoto secara terpisah juga
mempertanyakan istilah 'pihak ketiga' itu. " 'Pihak ketiga' itu
adalah kata kunci. Masak karyawan disebut pihak ketiga?" katanya.
Pradjoto juga menyatakan setuju BPPN harus di-overhaul. "Yang
berwenang melakukan hal tersebut adalah tim khusus dari Badan
Pemeriksa Keuangan (Bepeka). Sebelum dan sesudah bekerja, rekening
pribadi dan keluarga anggota tim ini harus diperiksa. Mereka juga
harus digaji bagus, sebab bagaimana mungkin idealisme datang saat
perut keroncongan, sementara perut keroncongan ini memegang
kekuasaan?" katanya.

Pradjoto juga memaparkan beberapa ketidaktransparanan BPPN.
BPPN antara lain tidak menguraikan di sektor industri mana saja
terjadi kredit macet, berapa persen probabilitas pengembalian kredit,
dan acuan apa yang digunakan dalam restrukturisasi kredit.
Sementara itu, kepada pers Faisal Basri juga menyatakan ada
indikasi adanya sebuah korporasi yang didirikan di luar negeri oleh
para elite penguasa guna mencaplok aset yang dikuasai BPPN.
"Pemberian keleluasaan luar biasa kepada BPPN sama artinya memberi
cek kosong kepada BPPN. Ini merupakan konspirasi penguasa yang
mencoba bertahan," papar Faisal.

Faisal juga menyatakan dalam waktu dekat ia akan memperoleh
data tentang ketidakwajaran-ketidakwajaran pada tubuh BPPN lainnya.
"Ini baru satu indikasi. Ada memo-memo yang sedang ditunggu
teman-teman yang akan disuplai oleh orang-orang yang masih punya
nurani," katanya. (cc)